TAKE HOME EXAM
“TOPIK PERMASALAHAN DALAM APBN 2019”
Dosen: Meindy Mursal, Drs., Akt., M.Si
Khansa Erika Putri
6071801057
Kelas C
Keuangan Negara
Program Studi Ilmu Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Katolik Parahyangan
2018

BAB I
PERMASALAHAN
A.
Latar Belakang Masalah
Masalah kesehatan di Indonesia masih menjadi kekhawatiran banyak pihak, khususnya
pemerintah. Banyak masalah kesehatan yang dialami oleh masyarakat Indonesia, mulai
diri gizi buruk, TBC dan stunting. Maka dari itu, pembangunann bidang kesehatan yang
dilakukan pemerintah masih merupakan salah satu priortitas pembangunan nasional
dalam RPJM 2015-2019. Hal ini mengingat pentingnya kesehatan dalam upaya
mewujudkan serta peningkatan mutu dan kualitas, ketahan dan daya saing bangsa bagi
pembangunan bangsa
Stunting sendiri merupakan salah satu hal yang sedang diberantas oleh pemerintah.
Stunting adalah kondisi tinggi badan anak yang terlihat lebih pendek dibandinngkan
tinggi badan anak-anak seusianya.
Atau biasa juga disebut kondisi gagal tumbuh. Ini
biasanya dialami oleh anak-anak yang mendapatkan gizi buruk, terkena infeksi
berulang, dan stimulasi psikososialnya tidak memadai selama anak tersebut tumbuh.
Anak dapat dikatakan stunting jika pertumbuhan tinggi badannya tidak sesuai dengan
grafik pertumbuhan standar dunia yang dikeluarkan oleh WHO. Menurut pakar nutrisi
dan penyakit metabolik anak, Damayanti Rusli Sjarif, dampak stunting bukan sekadar
tinggi badan anak. Jika anak pendek, ketika remaja dia bisa tumbuh lagi. Ada
kesempatan kedua untuk menaikkan tinggi badan. Tetapi jika sudah stunting terkait
pertumbuhan otak, ketika anak sudah besar, dia sudah tidak bisa diobati lagi.
Di Indonesia, kasus stunting masih menjadi masalah kesehatan dengan presentase
yang relatif cukup besar. Hal ini terjadi kare kurangnya gizi kronis dengan manifestasi
kegagalan pertumbuhan (growth faltering) yang dimulai sejak masa kehamilan hingga
anak berusia 2 tahun. Kekurangan gizi pada masa janin dan usia dini akan berdampak
pada perkembangan otak. Rendahnya kemampuan kognitif yang akan mempengaruhi
prestasi sekolah dan keberhasilan pendidikan. Dalam jangka panjang, kekurangan gizi
pada awal kehidupan akan menurunkan produktivitas dan kemudian menghambat
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan kesenjangan di masyarakat.

Data Riset Kesehatan Nasional (Riskesdas) 2018 menunjukkan, 30,8 persen balita di
Indonesia mengalami stunting. Angka ini turun jika dibandingkan data Riskesdas 2013,
yakni 37,2 persen. Meski demikian, angkanya masih jauh dari target Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) yakni 20 persen. Ambang batas prevalensi stunting dari WHO
mengategorikan angka stunting 20 sampai kurang dari 30 persen sebagai tinggi, dan
lebih dari atau sama dengan 30 persen sangat tinggi. Indonesia tidak sendiri. Ada 44
negara lain dalam kategori angka stunting sangat tinggi. WHO juga mencatat, 60 dari
134 negara masih memiliki tingkat stunting di bawah standar 20 persen. Padahal,
stunting adalah indikator kunci kesejahteraan anak secara keseluruhan. Negara-negara
dengan angka stunting tinggi merefleksi ketidaksetaraan sosial di dalamnya. Menurut


You've reached the end of your free preview.
Want to read all 8 pages?
- Spring '15