ISSN
1693
–
9093
Volume 8, Nomor 2, Juni 2012
hal 90 - 104
Jurnal EKSOS
Kondisi Ekonomi Pasca Konversi Hutan
Mangrove
Menjadi Lahan Tambak Di Kabupaten Pangkajene
Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Arif Mayudin
Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan Politeknik Negeri Pontianak, Jalan Ahmad Yani Pontianak
Alamat Korespendensi, email: [email protected]
Abstract
- Research on the economic conditions of post conversion into fishponds and
mangrove
forests in the District Pangkajene Islands (Pangkep) South Sulawesi Province was
held in the District Mandalle, Segeri and Labakkang from August to September 2011.
This study aims to assess the economic conditions after the conversion of
mangrove
s into
fishponds in the District Mandalle, Segeri, and Labakkang Pangkep District of South Sulawesi
province. This study uses survey and interview. The results showed that in the District
Labakkang, Segeri and Labakkang have a total value of economic benefits of
mangrove
Rp.14.844.084 / ha / year or about
1.6 times greater when compared to the economic value
of the ponds which Rp.9.401.170 / ha / yr. Land cultivated ponds can provide financial benefits
per hectare of Rp. 42.122.500 with a Payback Period of 0.75 years. Month community income
is above Rp. 1.000.000 by 43 people (45.26%) or equal to the minimum wage South Sulawesi
of
Rp. 1.000.000 / month.
Keywords
:
Mangrove
Ecosystems, Aquaculture Pond, Conversion, Economic
I.
LATAR BELAKANG
Kabupaten Pangkep memiliki luas kawasan pesisir sebesar 781,13 kilometer persegi atau 70% dari
luas daratan. Selain itu, Kabupaten Pangkep memiliki panjang garis pesisir sepanjang 95 km. Pada
rentang waktu 2003 sampai dengan 2007, kawasan hutan
mangrove
di sepanjang kawasan pesisir di
Kabupaten Pangkep banyak mengalami konversi menjadi tambak. Selama rentang waktu itu, luas
tambak yang telah dikembangkan seluas 3.311,32 hektar tambak dengan komoditas utama udang dan
bandeng (Pemerintah Daerah Kabupaten Pangkep, 2008b). Hal ini menyebabkan degradasi
mangrove
menjadi salah satu isu yang paling serius. Menurut Bengen (2000), kerusakan hutan
mangrove
yang
semakin luas untuk dikonversi menjadi tambak akan berdampak pada hilangnya biodiversitas dan
sumberdaya-sumberdaya lainnya serta fungsi ekologi dari ekosistem. Selain itu, konversi hutan
mangrove
untuk pengembangan kegiatan perikanan tambak ini akan berdampak pada kondisi ekonomi
masyarakat di sekitarnya seperti penyerapan tenaga kerja lokal dan peningkatan tingkat kesejahteraan
masyarakat (Nurfiarini, 2003). Oleh karena itu, dengan melihat kenyataan bahwa di Kecamatan
Mandalle, Segeri, dan Labakkang telah banyak mengalami konversi hutan
mangrove
menjadi lahan
tambak, maka diperlukan penelitian mengenai kondisi ekonomi pasca konversi hutan
mangrove
terhadap di daerah tersebut.
II.
RERANGKA TEORI
Istilah
mangrove
menurut Macnae (1968), merupakan perpaduan antara kata
mangal
dari bahasa
Portugis dan kata
grove
dari bahasa Inggris. Dalam bahasa Portugis, kata
mangrove
dipergunakan
untuk individu jenis tumbuhan dan kata
mangal
untuk komunitas hutan yang terdiri atas individu-

Volume 8, 2012
91
individu jenis
mangrove
tersebut. Dalam bahasa Inggris, kata


You've reached the end of your free preview.
Want to read all 15 pages?
- Spring '14