Menu
Cari
REPORT THIS AD
PENGEMBANGAN KETERAMPILAN MENULIS
Pendahuluan
Kemampuan berbahasa adalah kemampuan menggunakan bahasa. Kemampuan itu terlihat di dalam empat
aspek keterampilan. Keempat aspek itu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Kemampuan mendengarkan dan membaca disebut kemamampuan reseptif sedangkan kemampuan berbicara
dan menulis dinamakan kemampuan produktif. Kemampuan reseptif dan kemampuan produktif dalam
berbahasa merupakan dua sisi yang saling mendukung, saling mengisi, dan saling melengkapi. Seseorang yang
ingin mengembangkan kemampuan berbicara dan menulis, mestilah banyak mendengar dan membaca.
Menulis termasuk aspek kegiatan berbahasa yang dianggap sulit. Hal itu dikeluhkan oleh banyak orang. Peserta
didik di pendidikan dasar dan menengah, mahasiswa di pendidikan tinggi, dan bahkan orang-orang yang sudah
menamatkan perguruan tinggi pun mengeluhkan sulitnya menulis. Akibat keluhan itu akhirnya menjadi opini
umum, bahwa menulis itu memang sulit. Apakah memang menulis itu sulit? Inilah pertanyaan yang perlu
dijawab sebenarnya.
[1]
Menulis seperti halnya kegiatan berbahasa lainnya, merupakan keterampilan. Setiap keterampilan hanya akan
diperoleh melalui berlatih. Berlatih secara sistematis, terus menerus, dan penuh disipilin merupakan resep yang
selalu disarankan oleh praktisi untuk dapat atau terampil menulis. Tentu saja bekal untuk berlatih bukan hanya
sekedar kemauan, melainkan juga ada bekal lain yang perlu dimiliki. Bekal lain itu adalah pengetahuan, konsep,
prinsip, dan prosedur yang harus ditempuh dalam kegiatan menulis. Jadi, ada dua hal yang diperlukan untuk
mencapai ketrampilan menulis yakni pengetahuan tentang tulis-menulis dan berlatih untuk menulis karena
menulis merupakan sebuah keterampilan berbahasa yang terpadu, yang ditujukan untuk menghasilkan sesuatu
yang disebut tulisan.

REPORT THIS AD
Menulis bukan pekerjaan yang sulit melainkan juga tidak mudah. Untuk memulai menulis, setiap penulis tidak
perlu menunggu menjadi seorang penulis yang terampil. Belajar teori menulis itu mudah, tetapi untuk
mempraktikkannya tidak cukup sekali dua kali. Frekuensi latihan menulis akan menjadikan seseorang terampil
dalam bidang tulis-menulis.
[2]
Sebagai motivasi bahwa orang-orang yang sukses dari aktivitas menulis cukup baanyak, sebagai contoh JK
Rowlin, seorang janda miskin yang saat ini telah menjadi orang paling kaya nomer 3 di dunia karena novelnya
laris di pasaran. Kemudian Margaret Mitchell menulis hanya sekali seumur hidupnya, yaitu Gone with the Wind,
suatu karya sastra yang spektakuler. Bahkan Margaret Mitchell memulai menulis novel itu ketika usia 50 tahun.
Dengan menulis kita meninggalkan monumen dalam kehidupan ini bahkan ketika kita menulis karya kita akan
abadi walau kita telah meninggal dunia. Untuk itu saat ini mulai dengan memiliki buku catatan yang mencatat
hal-hal menarik yang kita temui di jalan, di kantor atau di rumah. Langkah berikutnya mencoba mengelola emosi
kepada teman, dosen, atasan maupun pasangan dalam bentuk kalimat, puisi maupun prosa. Maka kita akan


You've reached the end of your free preview.
Want to read all 32 pages?
- Summer '19
- Bu nesti Hapshari
- Gone with the Wind