You've reached the end of your free preview.
Want to read all 223 pages?
Unformatted text preview: 1 PROSIDING SEMINAR NASIONAL
PENDIDIKAN MATEMATIKA
MENGEMBANGKAN KEPRIBADIAN
MELALUI PEMBELAJARAN M ATEM ATIKA YANG MENYENANGKAN
Penanggung Jawab :
Ketua STKIP PGRI Banjarmasin
Pimpinan Umum
:
Ketua Jurusan P endidikan M atematika
Dewan P enyunting
Ketua
: Benny Nawa Trisna, M.P d.
Anggota
: 1. H. Abdul Jabar, M.P d.
2. Aminah Ekawati, S.P d., M.Sc.
3. Mayang Gadih Ranti, S.Si., M.P d.
4. Hj. Indah Budiarti, M.P d.
Penyunting Ahli : 1. Dr. H. M. Royani, M.P d.
2. Dr. Hj. Zahra Chairani, M.P d.
3. Dr. Chairil P aif P asani, M.Si.
4. Dr. Hj. Dina Huriaty, M.P d.
Sekretariat
: 1. M uh. Fajaruddin Astnan, M.Pd.
2. Arifin Riadi, M.P d.
3. Rahmita Yuliana, M.P d.
4. Hj. Ernawati, M.P d.
Distribusi
: 1. Fahriza Noor, M.P d
2. M. Saufi, M.P d.
3. Winda Agustina, M.P d.
Alamat Penyunting
Telepon
Website Jurusan Pendidikan Matematika STKIP PGRI Banjarmasin
Jl. Sultan Adam Komp. H. Iyus No. 18 Banjarmasin
0511 – 4315443
2 KATA PENGANTAR
Puji Syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Karunia dan Rahmat-Nya
sehingga prosiding ini dapat diselesaikan. Prosiding ini merupakan kumpulan makalah dari
peneliti, guru, mahasiswa, pemerhati dan dosen bidang Pendidikan Matematika berbagai daerah di
Indonesia. Makalah yang dipresentasikan meliputi makalah hasil penelitian pada saat
melaksanakan PTK, pemikiran tentang pembelajaran matematika yang inovatif atau kajian teoritis
seputar pembelajaran matematika sekolah, khususnya pembelajaran matematika yang
menyenangkan. Pada kesempatan ini panitia mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan mendukung penyelenggaraan seminar ini. Khususnya, kepada seluruh peserta
seminar diucapkan terima kasih atas partisipasinya dan seluruh panitia dan dukungan finansial dari
STKIP PGRI Banjarmasin, semoga bermanfaat. Ketua Panitia 3 DAFTAR ISI MAKALAH UTAMA
No
1. Penulis
Abdur Rahman As’ari 2. Chairil Faif Pasani 3. Hj. Zahra Chairani Judul
POTENSI
PEMBELAJARAN
YANG
MENYENANGKAN
DALAM
MATEMATIKA
PERWUJUDAN KEPRIBADIAN DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA
MENUJU
KEPRIBADIAN
POSITIF
MELALUI
PEMBELAJARAN
MATEMATIKA Hal
7 Judul
PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK
DALAM PERKULIAHAN PENELITIAN
TINDAKAN
KELAS
UNTUK
MENINGKATKAN
KEMAMPUAN
MAHASISWA
DALAM
MEMBUAT
KARYA ILMIAH
EFEKTIVITAS
MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STAD
PADA
MATA
KULIAH
PERSAMAAN DIFERENSIAL
METODE
PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE TGT (TIME GAME
TOURNAMENT)
MENINGKATKAN
MINAT SISWA SMP
EKSPERIMENTASI
MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THINK
PAIR
SQUARE
DENGAN
METODE QUESTION STUDENT HAVE
DAN THINK TALK WRITE PADA POKOK
BAHASAN BANGUN RUANG DITINJAU
DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA
KELAS
VIII
SMP
NEGERI
SEKABUPATEN SLEMAN
MENGIDENTIFIKASI
METAKOGNISI
DALAM
PEMECAHAN
MASALAH
MATEMATIKA
PERBEDAAN
JENIS Hal 19
25 MAKALAH SESI PARALEL
No
1. Penulis
Abdul Jabar 2. Aminah Ekawati &
Mayang Gadih Ranti 3. Arifin Riadi 4. Asy’ari 5. Benny Nawa Trisna, dkk 6. Dwi Noviani S. 4 34 41 47 61 69 82 7. Fahriza Noor 8. Hamdan Husein Batubara &
Dessy Noor Ariani 9. Ernawati 10. Indah Budiarti 11. Indah Rahayu Panglipur 12. M. Saufi 13. Mariani 14. Mayang Gadih Ranti 15. Meta Ariyani SCAFFOLDINGDALAM
PROSES
PEMECAHAN MASALAH SISWA SMK
MATERI
BARISAN
DAN
DERET
GEOMETRI
PROSES BERPIKIR SISWA SEKOLAH
DASAR
DALAM
MEMECAHKAN
MASALAH MATEMATIKA DENGAN
MENGGUNAKAN STRATEGI WORKING
BACKWARDS
DITINJAU
DARI
PRESTASI BELAJAR
INTERNALISASI PENDIDIKAN
KARAKTER KE DALAM
MEDIA PEMBELAJARAN
MENINGKATKAN MOTIVASI DAN
HASIL
BELAJAR
MATEMATIKA
SISWA SMK MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
NHT
LATERAL THINKING DENGAN
METODE SIX THINKING HATS (6 TOPI
BERPIKIR)
METODE PROJECT BASED LEARNING
(PBL) DALAM PEMBELAJARAN
STUDENT CENTER LEARNING
(SCL)
PADA MATA KULIAH PROGRAM
LINIER
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
THINK PAIR SHARE
UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS
DAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATERI BARISAN DAN DERET
PENINGKATAN
HASIL
BELAJAR
SISWA
DENGAN
MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
TSTS
PADA
MATERI
LOGIKA
MATEMATIKA KELAS X
PEMBELAJARAN MATEMATIKA
BERMAKNA (MEANINGFUL
MATHEMATICS LEARNING)
MELALUI PENDEKATAN CONTEXUAL
TEACHING AND LEARNING (CTL)
PENERAPAN
TEAM
GAMES
TOURNAMENT
(TGT)PADA
PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI
BELAJAR SISWA SMA NEGERI 5
5 93 100 107 121 127 130 140 151 158 16. Misna Santi 17. Mita Pramita 18. Muh. Fajaruddin Atsnan 19. Nonong Rahimah 20. Rahmita Yuliana Gazali 21. Syamsir Kamal 22. Winda Agustina BANJARMASIN
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN
HASIL
BELAJAR
SISWA
MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM
BASED LEARNING (PBL)
IMPLEMENTASI MEDIA MANIPULATIF
BLOK ALJABAR PADA MATERI
PERSAMAAN
KUADRAT
UNTUK
MENINGKATKAN
PEMAHAMAN
SISWA SMP KELAS VIII
MODEL
PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN
PENDEKATAN KONTEKSTUAL
KEMAMPUAN
KONEKSI
MATEMATIKA SISWA REFLEKTIFIMPULSIF
DI
SMP
DALAM
PEMECAHAN
MASALAH
MATEMATIKA
PENERAPAN
TEORI
BELAJAR
BERMAKNA
UNTUK
MENGEMBANGKAN
KEPRIBADIAN
MAHASISWA
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU
MATEMATIKA SMA NEGERI 10
BANJARMASIN DALAM MENYUSUN
RPP
DAN IMPLEMENTASINYA DI
KELAS
MENGGUNAKAN
MODEL
PEMBELAJARAN
PBL
MELALUI
SUPERVISI
INDIVIDUAL
PENDEKATAN KOLABORATIF
ETNOMATEMATIKA
DALAM
PERSPEKTIF BUDAYA BANJAR PADA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA 6 168 175 182 188 196 202 215 Utama – 1
POTENSI PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN
DALAM MATEMATIKA
Abdur Rahman As’ari
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang
[email protected]
Abstrak: Selama ini, pembelajaran menyenangkan banyak diidentikkan dengan
adanya kegiatan menyanyi ketika pelajaran itu berlangsung. Di dalam artikel ini,
penulis mencoba menyajikan beberapa bentuk pembelajaran matematika yang
menyenangkan, yaitu: game (permainan), outdoor activities (kegiatan di luar ruangan),
tebak-tebakan, pembelajaran kooperatif, dan differentiated instruction. Semua bentuk
di atas ternyata secara analitis, mempunyai kontribusi untuk mengembangkan empat
keterampilan dasar yang diperlukan dalam era global. Analisis logis juga
menunjukkan bahwa pembelajaran matematika yang menyenangkan ini memberikan
peluang tumbuh berkembangnya kestabilan emosi, jiwa extroverted, dan mengurangi
kepribadian psychoticism. Meskipun demikian, penulis menegaskan bahwa semua itu
sangat bergantung kepada kualitas tugas yang diberikan, dan suasana belajar yang
tercipta. Penelitian empiris disarankan untuk segera dilakukan untuk melihat pengaruh
pembelajaran matematika yang menyenangkan ini terhadap kepribadian siswa.
Kata-kata kunci: differentiated instruction, game, kepribadian,kooperatif,
matematika, menyenangkan, outdoor, tebak-tebakan.
PENDAHULUAN
Sejak beberapa puluh tahun yang lalu pemerintah Indonesia, bekerjasama dengan UNICEF dan
UNESCO, telah mengembangkan pembelajaran yang dikenal dengan nama Pembelajaran Aktif Kreatif
Efektif dan Menyenangkan atau biasa disingkat PAKEM. Melalui program yang dikenal dengan nama
MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), PAKEM ditetapkan sebagai salah satu pilar dari tiga pilar yang ada
dalam peningkatan mutu sekolah (Unicef, 2013).
Dalam perjalanannya, PAKEM mendapatkan sambutan yang luar biasa. Bahkan, karakteristik
PAKEM diresmikan keberadaannya dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun
2003 pasal 40 dan diperkuat dengan Peraturan Pemerintah No. 19 (Indrawati & Setiawan, 2009). Bukan
hanya UNICEF dan UNESCO saja yang menerapkan PAKEM, tetapi hampir seluruh proyek peningkatan
mutu pendidikan bantuan luar negeri dari NZAID, AusAID, USAID juga menerapkan PAKEM.
Terkait dengan aspek M dalam PAKEM, yaitu aspek menyenangkan, Indrawati & Setiawan
(2009) mengemukakan beberapa ciri dari belajar dalam situasi yang menyenangkan. Mereka mengatakan
bahwa suasana belajar yang menyenangkan itu bersifat: (1) rileks, (2) bebas dari tekanan, (3) aman dan
nyaman, (4) menarik, (5) membangkitkan minat belajar, (6) adanya keterlibatan penuh, (7) adanya
perhatian yang tercurah dari peserta didik, (8) adanya lingkungan belajar yang menarik, (9) semangat
yang membara dalam diri siswa, (10) adanya perasaan gembira, dan (11) konsentrasi tinggi. Pada
prinsipnya belajar yang menyenangkan ditandai oleh adanya pengalaman belajar yang membuat peserta
didik merasakan kesenangan dalam proses belajarnya (Singh, 2014). Akan tetapi, dalam pengamatan
penulis, belajar yang menyenangkan ini banyak disimplikasi menjadi pembelajaran yang memuat
kegiatan menyanyi dan tepuk tangan saja di dalamnya, dan dilaksanakan secara monoton sehingga
terkesan tidak menyenangkan lagi.
Sehubungan dengan itu, penulis bermaksud mengenalkan beberapa bentuk pengalaman belajar
matematika yang mudah-mudahan ‘menyenangkan’. Bentuk itu antara lain game (permainan), outdoor
activities (kegiatan di luar kelas), pertunjukan ‘sulap’, belajar bersama (cooperative learning). Penulis
sengaja tidak memasukkan unsur menyani dalam pembahasan ini karena pembelajaran dengan menyanyi 7 itu sudah banyak dilakukan dan dianggap sebagai pembelajaran yang menyenangkan. Sesudah itu, penulis
akan membahas potensi dari bentuk-bentuk pembelajaran yang menyenangkan ini, baik untuk keperluan
hidup di era global maupun untuk keperluan pengembangan kepribadian.
Oleh karena itu, tujuan dari artikel ini dituliskan adalah: (1) untuk mengenalkan bentuk-bentuk
pembelajaran matematika yang menyenangkan, selain menyanyi, (2) potensi bentuk-bentuk pembelajaran
matematika yang menyenangkan tersebut dalam menyiapkan siswa menghadapi tantangan di era global,
dan (3) potensi bentuk-bentuk pembelajaran matematika yang menyenangkan tersebut dala m
mengembangkan kepribadian siswa.
PEMBAHASAN
Berikut akan penulis uraikan satu persatu apa yang dimaksud dengan macam pembelajaran yang
menyenangkan itu dalam matematika, berikut contoh yang mungkin dilakukan.
Game (Permainan)
Game atau permainan adalah kegiatan yang sangat disukai oleh anak-anak. Menurut Gough
(1999), game perlu diikuti oleh dua orang pemain atau lebih dimana mereka melakukan permainan itu
secara bergiliran, dan masing-masing berkompetisi untuk menjadi pemenang. Sementara itu, menurut
Salen & Zimmerman (2003), game adalah suatu sistem dimana para permain terlibat di dalam konflik
buatan, yang didefinisikan oleh aturan, yang menghasilkan outcome yang bisa bisa dikuantifikasi. Karena
itu, pembelajaran matematika yang menggunakan game menuntut guru untuk membentuk siswa
berpasangan atau kelompok tertentu.
Berikut penulis contohkan game dalam matematika. 8 Contoh 1 Minta dua orang untuk bermain dengan duduk saling berhadapan dan letakkan kelereng sebanyak
25 butir di tengah-tengah mereka berdua. Beritahukan kepada mereka bahwa mereka akan bermain
dengan cara sebagai berikut:
1.
Setiap orang harus mengambil kelereng secara bergantian
2.
Banyaknya kelereng yang boleh diambil adalah minimal 1 dan maksimal 3
3.
Pemenang adalah terkahir orang yang mengambil dan menghabiskan kelereng
Tugaskan mereka untuk menemukan strategi dimana orang yang mengambil pertama pasti menjadi
pemenang. 9 Contoh 2
Permainan Sudoku
Menurut Jussien (2007), kata Sudoku merupakan singkatan dari ungkapan dalam bahasa jepang
suji wa dokushin ni kagiru yang berarti setiap angka harus tunggal. Saat ini, permainan Sudoku
sangat terkenal di seluruh dunia. Komputer-komputer dan bahkan hand phone pun menyediakan
permainan Sudoku ini untuk para penggunanya.
Dengan bermain Sudoku, anak-anak belajar terapan logika dalam bentuk bermain. Tantangannya
seru, dan sering membuat orang keranjingan dan lupa waktu. Karena itu, bermain Sudoku termasuk
kegiatan yang menyenangkan.
Sebagai contoh mintalah siswa untuk meneruskan tabel Sudoku berikut. Outdoor Activity (Kegiatan Luar Kelas)
Menurut Education Scottland (tanpa tahun), belajar di belajar di outdoor adalah belajar yang
terjadi di luar ruang kelas. Pembelajaran ini biasanya menggunakan pendekatan panca indra dan
pengalaman yang mendorong siswa untuk terlibat bukan hanya aspek kognitifnya saja, tetapi juga
melibatkan aspek perasaan, fisik, spiritual, serta aspek estetika.
Pembelajaran dengan menggunakan outdoor activity ini ditandai dengan tidak dibatasinya siswa
untuk duduk sepanjang waktu tertentu, mencatat, berdiskusi, dan memperhatikan guru. Pembelajaran
dengan menggunakan outdoor activity memungkinkan sisa menggunakan seluruh indra yang dimilikinya
untuk belajar dalam suasana alami yang memiliki peluang menyenangkan. Sekolah alam adalah jenis
sekolah yang banyak sekali menerapkan outdoor learning ini.
Apakah outdoor ini bisa di terapkan di sekolah-sekolah normal? Menurut hemat penulis,
pembelajaran outdoor bisa saja diterapkan Berikut adalah salah satu contoh pembelajaran matematika
dengan pendekatan outdoor. 10 Misalkan kita punya halaman kelas seperti gambar berikut Maka kita bisa membelajarkan anak berbagai aspek dari geometri, misalnya kemiringan (slope),
hubungan antara dua garis (kesejajaran, berpotongan, bersilangan), macam-macam bangun datar (persegi,
persegi panjang, jajaran genjang, dll). Kita juga bisa membelajarkan siswa tentang bilangan, statistic, dan
mungkin juga tentang aljabar dalam suasana yang riil yang memungkinkan siswa melihat hubungan
matematika dengan dunia nyata di sekitarnya.
Tebak-tebakan Magic
Tebak-tebakan merupakan kegiatan pembelajaran yang mengasyikkan dan menyenangkan.
Kegiatan tebak-tebakan ini akan semakin mengasyikkan bagi sisa manakala merasa takjub, kagum dengan
apa yang dipertontonkan.Tebak-tebakan adalah kegiatan yang mengasyikkan. Orang yang memberikan
sesuatu untuk ditebak, dan ternyata sulit ditebak oleh orang lain, akan merasa bangga bahwa dia mampu
membuat soal tebakan yang sulit. Sebaliknya, orang yang mampu menebak akan juga merasa mampu
bahwa dia mampu menebak sesuatu yang mungkin sulit bagi orang lain, Karena itu, kalau kita mampu
membuat soal tebakan yang asyik, dan mendorong siswa kita ingin memiliki soal tebakan itu, maka
mereka akan belajar dalam suasana yang menyenangkan.
Contoh 1
Tebakan tanggal lahir.
1.
Sajikan dengan power point (atau bagikan lembaran-lembaran) yang berisi tabel-tabel berikut 11 2. Mintalah mereka mengidentifikasi di tabel berapa saja tanggal lahir mereka tertera (tanpa
menyebutkan nomor tanggal lahirnya), dan beritahu mereka bahwa Anda akan mampu menebak
tanggal lahir mereka.
3.
Mintalah beberapa orang untuk ditebak tanggal lahirnya.
Mereka akan kaget. Kok bisa? Tantang mereka memikirkan bagaimana alat itu bisa bermanfaat untuk
menebak.
Tebakan Bilangan Favorit
1.
Mintalah mereka membayangkan sebuah bilangan favorit mereka tanpa harus menyebutkannya.
Beritahu mereka bahwa Anda akan menebak bilangan favorit mereka itu dengan benar, berapapun
yang dibayangkan.
2.
Suruh mereka mencatat dan menyembunyikan bilangan itu di secarik kertas,
3.
Selanjutnya, mintalah mereka melakukan beberapa operasi terhadap bilangan-bilangan itu,
misalnya:
a.
Tambahkan bilangan itu dengan 24
b.
Kalikan hasilnya dengan 5
c.
Tambahkan hasilnya dengan 55
d.
Kalikan hasilnya dengan 2
e.
Kurangkan hasilnya dengan 150
f.
Kalikan hasilnya dengan 1/10
g.
Kurangkan hasilnya dengan 19
Dengan meminta mereka menyebutkan hasil terakhir pengoperasian bilangan itu, Anda dengan
pasti akan dapat menemukan bilanganyang dibayangkan oleh mereka.
4.
Ajak mereka mencari tahu mengapa jawaban itu selalu benar
5.
Minta mereka membuat aturan baru yang dengan itu mereka akan selalu mampu menebak bilangan
berapapun yang dibayangkan oleh orang lain.
Cooperative Learning
Menurut Gillies (2007), pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang meminta siswa
bekerja bersama di dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan bersama. Dengan pembelajaran
kooperatif, siswa akan memikul beban belajar secara bersama-sama. Beban itu tidak hanya ditanggung 12 sendiri tetapi bersama dengan teman lainnya. Ini mengakibatkan beban akan terasa lebih ringan, dan
secara alami mereka akan lebih merasa senang.
Salah satu keuntungan dari penerapan pembelajaran kooperatif, menurut Gillies & Boyle (tanpa
tahun), adalah kemerdekaan atau kebebasan. Siswa termungkinkan untuk lebih bebas saling bertanya,
mengomentari, memberi saran dengan bebas dan dengan bahasa mereka sendiri daripada harus
mendengarkan penjelasan guru yang mungkin bahasanya terlalu “abstrak” bagi mereka.
Kalau kita ingin menerapkan pembelajaran kooperatif ini, tersedia banyak sekali jenis
pembelajaran kooperatif. Jenis pembelajaran kooperatif itu antara lain: Student Team Achievemen
Division (STAD), Team Games Tournament (TGT), Team Assisted Individualization (TAI), Think Pair
Share (TPS), Think Talk Write (TTW), Group Investigation (GI), TSTS (Two Stay Two Stray), Jigsaw,
dan masih banyak lagi.
Tapi… apakah hanya modelnya saja yang perlu dikuasai? Jawabannya adalah tidak. Berikut disajikan
contoh penerapan pembelajaran kooperatif yang cukup berhasil.
Contoh
Dalam konteks program rintisan sekolah bertaraf internasional, beberapa tahun yang lalu, penulis
pernah membelajarkan matematika dengan pendekatan kooperatif di beberapa SMP di Jawa Timur. Yang
masih penulis ingat pada waktu itu adalah keberhasilan penulis membangkitkan kepercayaan diri siswa
yang berasal dari kelompok kurang pandai.
Penulis membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil beranggotakan 4 orang secara
heterogen. Di dalam kelompok kecil ini ada siswa yang pandai, sedang, dan kurang. Mereka penulis
minta untuk mengerjakan soal olimpiade SMP.
Sebagian besar siswa dari kelompok tinggi dan sedang antusias mencoba menjawab soal tersebut,
tetapi semua siswa yang kurang, di setiap kelompok, terkesan cuek, tidak peduli dengan pekerjaan
temannya. Ketika teman-temannya asyik berdiskusi mereka menarik diri dari diskusi, mereka
menyandarkan punggungnya ke bangku mereka, memandang langit-langit, dan tidak bersemangat.
Menyadari hal itu, penulis kemudian meminta setiap anak yang kurang itu untuk berkumpul dan
menemui penulis di luar kelas. Di luar kelas, penulis menawarkan kepada mereka cara menjawab soal
tersebut sambil memberitahukan bahwa kalau kembali lagi ke kelompok (dari luar kelas), mereka tentu
akan ditanya “apa yang dilakukan pak guru?” dan dengan sendirinya harus menjawab. Penulis
memberitahu mereka bahwa kalau mereka ditanya seperti itu, mereka harus menjawab “saya diberitahu
jawaban dari soal-soal ini.” Kemudian penulis melanjutan dugaan penulis bahwa bahwa mereka pasti
akan bertanya lagi, “oh ya…bagaimana penyelesaiannya?”.
Demikian seterusnya penulis berbincang dengan mereka dan mereka kemudian belajar dari
penulis tentang penyelesaian soal-soal tersebut. Mereka terlihat sangat antusias untuk memahami
penyelesaiannya. Ketika penulis bertanya kok serius banget sih belajarnya, spontan meeka menjawab
bahwa mereka khawatir akan ditanya dan tidak bisa menjawab. Mereka ingin bisa menjawab pertanyaan
apapun dari mereka sehingga terkesan mereka sudah pandai. Bahkan ada dua siswa yang bertanya
beberapa kali agar memperoleh pemahaman yang mantap tentang penyelesaian masalah tersebut.
Penulis dengan sabar dan telaten menjelaskan satu persatu jawaban dari masalah itu. Kalau ada di
antara mereka yang bertanya, penuis menjawabnya dengan pelan-pelan sampai mereka mengerti betul.
Penulis mendorong mereka untuk percaya diri kalau ditanya oleh teman-temannya. Bahkan, untuk
membuat mereka lebih percaya diri, penulis bersepakat dengan siswa tentang isyarat apa yang harus
mereka tampilkan kalau mereka memerlukan bantuan, tanpa harus membuat malu.
Ketika mereka kembali lagi ke kelompok, apa yang diantisipasi sebelumnya memang betul-betul
terjadi. Hampir semua kelompok masih belum bisa menjawab soal itu, dan mereka yang telah diberi
penjelasan tentang penyelesaian masalah tersebut memang ditanya bagaimana cara menyelesaikannya.
Ternyata siswa dari kelompok rendah ini terlihat sangat percaya diri dan mampu menjelaskan kepada
teman-temannya. Mereka terlihat bangga dan tersenyum kepada penulis. Bahkan ada sebagian yang
berkata “ternyata saya bisa pak”. Dengan pembelajaran kooperatif yang tepat, ternyata siswa bisa menjadi
lebih percaya diri. Kalau sebelumnya mereka kurang suka dengan matematika, mereka berubah menjadi
menyukai matematika. 13 Differentiated Instruction
Pembelajaran yang secara tradisional dilakukan di dalam kelas adalah pembelajaran kepada
seluruh siswa (teaching for ...
View
Full Document
- Fall '19