You've reached the end of your free preview.
Want to read all 187 pages?
Unformatted text preview: [Type text] Buku Ajar
METODOLOGI PENELITIAN PADA
KESEHATAN MASYARAKAT
Oleh: Ade Heryana Buku ini masih dalam tahap penyelesaian, untuk melakukan sitasi atau
mengutip isi materi, menggunakan format sebagai berikut:
Heryana, A. (2019). Buku Ajar Metodologi Penelitian pada Kesehatan
Masyarakat [e-book] tidak dipublikasikan. [Draft] Buku Ajar Metodologi Penelitian pada Kesehatan Masyarakat | Ade Heryana Kata Pengantar
Penyusunan buku ajar ini merupakan kumpulan artikel/modul lepas yang
disusun oleh penulis saat mengampu mata kuliah Metodologi Penelitian
Kuantitatif dan Kualitatif. Buku yang saat ini Anda pegang terdiri dari
beberapa pokok bahasan yang berkaitan dengan metodologi penelitian di
bidang Kesehatan Masyarakat.
Penyajian materi buku ini terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu bagian Dasar
Metodologi Penelitian, bagian Topik Metodologi Penelitian Kuantitatif, dan
bagian Topik Metodologi Kualitatif. Penempatan metodologi penelitian
kuantitatif lebih dulu dibanding kualitatif, tidak mencerminkan bahwa
salah satu metodologi lebih penting/baik dibanding yang lain. Kedua
metodologi ini dalam praktiknya saling melengkapi.
Buku ajar ini masih dalam tahap penyempurnaan, untuk itu mohon
masukan dan arahan yang konstruktif dari pembaca. Semoga pembaca
mendapatkan pengetahuan dan wawasan tentang Metodologi Penelitian di
bidang Kesehatan Masyarakat melalui buku ini.
Tangerang, Maret 2019
Ade Heryana
Email: [email protected] Untuk sitasi gunakan format berikut:
Heryana, A. (2019). Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: e-book tidak dipublikasikan. i [Draft] Buku Ajar Metodologi Penelitian pada Kesehatan Masyarakat | Ade Heryana Daftar Isi
BAGIAN I: DASAR METODOLOGI PENELITIAN
Bab 1: Berfikir Ilmiah ………………….…………………………………….. 1 Bab 2: Jenis Penelitian ……………………………………….……………… 17 Bab 3: Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif …………….. 29 Bab 4: Identifikasi dan Perumusan Masalah Penelitian ……..………. 43 Bab 5: Tinjauan Pustaka ……………..……………………………...……… 57 BAGIAN II: TOPIK METODOLOGI PENELITIAN KUANTITATIF
Bab 6: Kerangka Teori, Konsep dan Definisi Operasional …………… 65 Bab 7: Data dan Skala Ukur Kuantitatif ...…………………………..…. 72 Bab 8: Populasi dan Sampel …..…………………………………………… 87 Bab 9: Hipotesis Penelitian Kuantitatif .………………………………….. 101 Bab 10: Desain Penelitian …………………………………………………… 117 BAGIAN II: TOPIK METODOLOGI PENELITIAN KUALIITATIF
Bab 11: Tahap-tahap Penelitian Kualitatif ………………………………. 122 Bab 12: Informan dan Pemilihan Informan Dalam Penelitian
Kualitatif …………………………………………………………………………. 133 Bab 13: Data dan Pengumpulan Data dalam Penelitian Kualitatif … 146 Bab 14: Penyusunan Hasil dan Pembahasan Penelitian Kualitatif … 165 DAFTAR PUSTAKA 179 Untuk sitasi gunakan format berikut:
Heryana, A. (2019). Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: e-book tidak dipublikasikan. ii [Draft] Buku Ajar Metodologi Penelitian pada Kesehatan Masyarakat | Ade Heryana BAB 1 : BERFIKIR ILMIAH
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah membaca Bab ini diharapkan mahasiswa dapat memahami dan
menjelaskan:
1. Pola pikir meneliti (research mind) bagi sarjana kesehatan masyarakat
2. Arti pengetahuan dan cara manusia memperoleh pengetahuan
3. Metode atau pendekatan ilmiah untuk memecahkan permasalahan
RESEARCH MIND
Pola pikir “meneliti” atau research mind tidak semudah dipraktikkan dalam
kehidupan sehari-hari. Pada sebagian mahasiswa, research mind muncul saat
mengikuti mata kuliah metodologi penelitian atau saat menyelesaikan tugas
akhir kuliah berbentuk skripsi. Tidak hanya pada mahasiswa S1, research
mind juga baru muncul pada mahasiswa S2 saat akan mengerjakan tesis.
Research mind pun sebaiknya dipraktikkan dalam lingkungan pekerjaan,
bukan hanya akademisi. Pada saat penulis bekerja di lingkungan non
akademis, ternyata banyak permintaan pelanggan yang terpuaskan karena
penyelesaiannya melalui tahapan-tahapan ilmiah. Keputusan manajemen
yang didasarkan pada hasil analisis mendalam, lebih memiliki kemanfaatan
bagi pihak lain (pelanggan, pemodal, karyawan, dsb) dibanding keputusan
yang
dibuat
tergesa-gesa.
Banyak
program-program
kerja
organisasi/perusahaan akhirnya tidak berjalan karena tidak adanya analisis
atau studi kelayakan yang ilmiah.
Seorang ahli Kesmas sebagaimana dinyatakan oleh Ikatan Ahli Kesehatan
Masyarakat Indonesia (IAKMI) sebaiknya memiliki tujuh karakter yang
disingkat menjadi “MIRACLE”
yakni Manager, Innovator, Researcher,
Apprenticer, Communitarian, Leadership, dan Educator. Jelaslah bahwa sesuai
dengan karakter researcher maka jiwa meneliti dan research mind harus
tertanam dalam seorang sarjana kesehatan masyarakat.
Lantas seperti apakah karakteristik research mind itu? Dalam pandangan
penulis, research mind bisa diidentifikasikan dengan cara berfikir ilmiah.
Befikir ilmiah merupakan cara untuk menyelesaikan permasalahan dengan
menggunakan pendekatan/metode ilmiah. Sebuah pendekatan ilmiah
memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Dalam mengidentifikasi masalah berdasarkan fakta dan data;
b. Dalam merumuskan masalah tidak berdasarkan sangkaan atau
prasangka yang lahir dari perasaan. Rumusan terhadap masalah harus
berdasarkan hipotesa yaitu dugaan/prasangka yang lahir dari hasil
penelitian/penemuan ilmiah sebelumnya;
Untuk sitasi gunakan format berikut:
Heryana, A. (2019). Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: e-book tidak dipublikasikan. 1 [Draft] Buku Ajar Metodologi Penelitian pada Kesehatan Masyarakat | Ade Heryana c. Dalam memecahkan masalah menggunakan prinsip analisis; dan
d. Dalam menganalisis masalah berdasarkan ukuran-ukuran yang bersifat
obyektif bukan subyektif, serta menggunakan teknik kuantitatif atau
kualitatif.
ILMU PENGETAHUAN DAN TEORI
Untuk mengaplikasikan metodologi penelitian dibutuhkan pemahaman yang
mendalam tentang ilmu pengetahuan dan teori. Apakah itu ilmu pengetahuan
dan teori?
Ilmu memiliki fungsi yang sangat beharga bagi kehidupan manusia.
Setidaknya ada dua jenis fungsi dari ilmu (Lapau, 2012), yaitu:
1. Menghasilkan penemuan, mempelopori fakta, dan mengembangkan
pengetahuan untuk memperbaiki benda/barang. Misalnya: pengembangan
dalam bidang promosi kesehatan dengan memperbaiki cara atau teknik
penyuluhan kesehatan kepada masyarakat; dan
2. Menemukan hukum-hukum yang umum mengenai kejadian atau bendabenda yang menjadi masalah manusia dan memprediksi tentang hal-hal
yang belum diketahui. Misalnya: peneliti berusaha memahami dan
menemukan penyebab Diabetes Melitus pada kelompok masyarakat
pedesaan, dan dari hasil penelitiannya dapat diprediksi kejadian DM jika
masyarakat tidak berusaha mengurangi konsumsi makanan/minuman
dengan kadar glukosa yang tinggi.
Setiap manusia memiliki interpretasi yang berbeda terhadap “ilmu”. Ada
kelompok yang melihat ilmu bersifat “statis”. Menurut pandangan ini, ilmu
merupakan kegiatan yang memberikan sumbangan informasi yang sistematis
kepada umat manusia. Dengan demikian, pada kelompok ini ilmu dianggap
sebagai kumpulan informasi atau fakta termasuk penjelasan fenomenafenomena yang diamati. Kelompok lain memandang ilmu bersifat “dinamis”.
Menurut kelompok ini, ilmu merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
ilmuwan untuk menghasilan pengetahuan yang penting sebagai dasar untuk
pengembangan teori dan penelitian di masa yang akan datang. Sehingga
menurut kelompok “dinamis”, ilmu tidak pernah berhenti dan selalu bergerak
untuk kebaikan manusia (Lapau, 2012).
Pengetahuan timbul karena adanya sifat ingin tahu yang dimiliki manusia.
Keputusan yang diambil oleh seseorang terhadap sesuatu lahir karena orang
tersebut memiliki pengetahuan. Jika X tahu bahwa Y pintar maka X mengakui
bahwa Y pintar. X telah membuat keputusan tentang Y, maka X memiliki
pengetahuan bahwa Y pintar (Poedjawijatna dalam Wibowo, 2014). Mungkin
saat ini kita sering mendengar istilah “KEPO”. Istilah KEPO (konon merupakan
singkatan dari Knowing Every Particular Object) memang tepat diberikan
kepada setiap manusia.
Keingintahuan tersebut mendorong manusia untuk memperoleh pengetahuan.
Terdapat dua jenis dorongan pada manusia untuk memperoleh pengetahuan,
yaitu: a) usaha untuk memperbaiki hidup dengan menaklukkan fenomena
alam; dan b) hasrat manusia untuk ingin mengerti dan menerangkan segala
sesuatu yang ada di sekelilingnya (Lapau, 2012).
2 Untuk sitasi gunakan format berikut:
Heryana, A. (2019). Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: e-book tidak dipublikasikan. [Draft] Buku Ajar Metodologi Penelitian pada Kesehatan Masyarakat | Ade Heryana Tanpa disadari setiap manusia mempraktikkan sifat “ingin tahu” dan “ingin
lebih tahu”. Sifat inilah yang akhirnya menimbulkan “pertanyaan”. Seseorang
yang didalam pikirannya banyak pertanyaan, memicu dirinya untuk mencari
“kebenaran”. Sumber “kebenaran” berasal dari ilmu pengetahuan yang benar
dan tervalidasi. Dari pengetahuan ini, manusia pada akhirnya menggunakan
dua pendekatan (ilmiah atau non-ilmiah) untuk menuntaskan rasa ingin
tahunya (Lihat gambar 1). Pertanyaan Pengetahuan
yang benar
[kebenaran] Pendekatan
Ilmiah dan
Pendekatan
Non-ilmiah Ingin lebih
tahu lagi
Rasa ingin
tahu [Man
is curious
animal,
Paul Leedy] Gambar 1.1. Tahapan Munculnya Pendekatan Ilmiah
Pertanyaannya adalah bagaimana pengetahuan tersebut diperoleh? Sesuai
gambar 1.1 terlihat bahwa untuk memperoleh pengetahuan, manusia
menggunakan pendekatan ilmiah dan non-ilmiah. Cara untuk memperoleh
pengetahuan dapat juga diperoleh dengan empat pendekatan berikut
(Kerlinger dalam Wibowo, 2014):
a. Berpegang teguh pada apa yang dianggapnya sebagai kebenaran (method
of tenacity). Pengulangan terhadap hal-hal yang dianggap benar, akan
memperbesar keyakinan akan kebenaran, walaupun bisa saja terdapat
fakta-fakta yang bertentangan;
b. Mempercayai otoritas tertentu (method of autority). Berbagai pengetahun
banyak diperoleh dengan cara ini meskipun beberapa hal banyak
ditentang dan dipertanyakan;
c. Mengandalkan proposisi-proposisi yang kebenarannya dianggap terbukti
dengan sendirinya (method of intuition) atau disebut dengan a priori
method. Cara memperoleh kebenaran didasarkan pada kecocokan
penalaran (agree with the reason) dan tidak perlu secara empiris; dan
d. Menggunakan metode yang hasilnya sama meskipun digunakan orang
yang berbeda-beda (method of science). Metode ini mampu mengoreksi diri
sendiri, atau proposisi-proposisi diuji secara empiris.
3 Untuk sitasi gunakan format berikut:
Heryana, A. (2019). Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: e-book tidak dipublikasikan. [Draft] Buku Ajar Metodologi Penelitian pada Kesehatan Masyarakat | Ade Heryana Sedangkan menurut Brink (2009), cara manusia memperoleh pengetahuan
terdiri dari tujuh metode, yaitu:
1. Tradition, yaitu dengan menggunakan tradisi atau cara turun-temurun
yang diyakini kebenarannya. Kelemahan metode ini adalah banyak tradisi
yang belum teruji validitasnya, menimbulkan stagnansi dalam
menciptakan inovasi, kurang fleksible, dan sering tradisi yang baik
akhirnya hilang tanpa dilakukan pengujian. Namun metode ini ada
kelebihannya yaitu peneliti tidak membutuhkan pemahaman yang baru
terhadap suatu tradisi, dan tradisi menyediakan komunikasi yang baik
terhadap subyek penelitian.
2. Authority, yaitu dengan menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari
orang yang memiliki otoritas yakni para ahli, praktisi, dan pemimpin yang
berpengaruh kuat terhadap opini dan perilaku seseorang.
3. Logical reasoning, yaitu dengan menggunakan pemikiran-pemikiran yang
logis/masuk akal atau akal sehat. Metode yang digunakan bisa dengan
cara induktif atau deduktif. Penalaran induktif adalah membuat
generalisasi/kesimpulan dari observasi yang spesifik (“dari khusus ke
umum”). Penalaran deduktif adalah mengembankan observasi spesifik dari
prinsip-prinsip yang bersifat umum (“dari umum ke khusus”);
4. Experience, yaitu dengan menggunakan pengalaman yang diperoleh
seseorang;
5. Trial and error, yaitu dengan menggunakan cara coba-coba. Cara ini sama
dengan melakukan percobaan secara informal;
6. Intuition, yaitu dengan menggunakan perasaan hati; dan
7. Borrowing, yaitu dengan melakukan menggunakan atau menyesuaikan
metode dari disiplin ilmu lain. Ilmu kesehatan banyak menggunakan
metode yang dikembangkan oleh disiplin ilmu lain seperti ilmu medis,
sosiologi, biologi, bahkan ilmu mekanis.
Ilmu pengetahuan menghasilkan teori. Teori berupaya mengemukan
pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi/hubungan
antar variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut. Teori
terbentuk dari proposisi-proposisi, konsep-konsep (himpunan konstruk) dan
definisi-definisi. Proposisi adalah pernyataan tentang sifat dari realita dan
dapat diuji kebenarannya. Bila proposisi ini sudah memiliki jangkauan yang
sangat luas dan telah didukung data empiris, maka disebut dengan “Dalil”.
Teori juga berupaya menjelaskan fenomena secara umum terhadap suatu
masalah yang diperoleh dengan ilmu pengetahuan. Lapau (2012) menyatakan
ada tiga hal yang menjadi perhatian dari teori, yaitu: 1) teori bersifat konsep
dan definitif; 2) teori menyajikan pandangan sistematis mengenai hubungan
antara kelompok variabel yang merupakan operasionalisasi dari konsep; dan
c) teori bertujuan menjelaskan dan meramalkan fenomena. METODE ILMIAH
Dalam menghadapi masalah, seseorang harus mengambil keputusan untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Kondisi ini disebut dengan Inquiry yang
Untuk sitasi gunakan format berikut:
Heryana, A. (2019). Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: e-book tidak dipublikasikan. 4 [Draft] Buku Ajar Metodologi Penelitian pada Kesehatan Masyarakat | Ade Heryana merupakan dasar dari suatu penelitian. Pada dasarnya dalam melakukan
penelitian, seseorang sedang melakukan inquiry mengenai suatu fenomena
untuk menghasilkan jawaban, atau orang tersebut sedang mempraktikkan
reflective thinking untuk menjelaskan satu masalah. Dengan demikian ada
beberapa istilah yang berdekatan dengan inquiry, yaitu: metode ilmiah
(scientific method), penyelesaian masalah (problem solving), metode induktif,
dan/atau berfikir secara konseptual (Lapau, 2012).
Proses metode ilmiah atau reflective thinking dimulai dari tahap/fase tidak
menentu (confusion phase) menuju situasi yang ditandai adanya kepuasan
seseorang dan tidak adanya kebingungan. Dengan demikian, metode ilmiah
diakhiri ketika seseorang sudah tidak “bingung” dengan fenomena yang
dialami. Proses metode ilmiah tersebut secara rinci terdiri dari fase-fase
sebagai berikut (Dewey dalam Lapau, 2012):
a. Fase timbulnya kemungkinan atau saran
Saat seseorang mengalami masalah maka timbulah dalam fikiran orang
tersebut kemungkinan-kemungkinan atau terdapat saran-saran yang
irasional dari orang lain, untuk menyelesaikan masalah atau bisa jadi
malah merugikan. Pada prinsipnya pada fase ini manusia berusaha
menghasilkan kemungkinan-kemungkinan apa saja agar masalahnya
cepat diselesaikan dengan akal sehat.
Misalnya: seorang pimpinan Rumah Sakit melihat fenomena klaim BPJS
Kesehatan sering terlambat hingga berpuluh-puluh hari sehingga
mempengaruhi aliran kas operasional. Pada tahap ini pimpinan RS
tersebut akan berfikir mencari-cari kemungkinan cara untuk
menyelesaikan masalah tersebut seperti memberikan pelatihan kepada
SDM penginput data, memperbaiki sistem informasi, dan sebagainya.
Namun bisa pula terjadi masukan-masukan dari pihak luar yang tidak
disadari akan merugikan RS tersebut, seperti misalnya menghentikan
sementara pelayanan BPJS Kesehatan. b. Fase intelektualisasi
Pada fase ini seseorang sudah mulai pemikiran yang lebih sistematis dan
rasional dibanding fase pertama. Orang mulai mengenali dan mempelajari
berbagai aspek, sehingga mulai dapat ditentukan lokasi dan definisi
masalah yang dihadapi.
Misalnya pada kasus klaim BPJS Kesehatan di atas, pimpinan RS
bersama dengan divisi Litbang mulai melakukan investigasi masalah di
lapangan untuk melihat akar masalah secara sistematik dan rasional.
Secara sistematik berarti ia menelusuri permasalah dimulai sejak
penerimaan berkas-berkas klaim dari bagian pelayanan medik hingga
dilakukan pengiriman dokumen klaim kantor BPJS Kesehatan. Secara
rasional berarti ia mengesampingkan penilaian-penilaian yang sifatnya
subyektif seperti masalah sentimen pribadi, kondisi emosional sesaat pada
petugas dan sebagainya. Untuk sitasi gunakan format berikut:
Heryana, A. (2019). Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: e-book tidak dipublikasikan. 5 [Draft] Buku Ajar Metodologi Penelitian pada Kesehatan Masyarakat | Ade Heryana c. Fase perumusan hipotesis
Pada fase ini mulai ditentukan hipotesa yang mungkin berguna untuk
menyelesaikan masalah, yang bisa berasal dari kemungkinan atau saran
yang dihasilkan pada fase pertama dan/atau kedua. Hipotesa inilah yang
akan menjadi model penelitian untuk penyelesaian masalah.
Misalnya: pada kasus di atas pimpinan RS dan divisi Litbang memperoleh
kemungkinan perbaikan antara lain meningkatkan kecepatan input data
pada petugas, mempersingkat tahap penyerahan berkas klaim dari unit
pelayanan medis, dan memperbaiki koordinasi dengan pihak BPJS
Kesehatan. d. Fase pengujian hipotesis melalui argumentasi
Pada fase ini seseorang mulai menghubung-hubungkan semua pendapat,
informasi dan data yang diperoleh untuk mendapatkan implikasi yang
logis dari seluruh hipotesa. Disamping itu mulai dipikirkan implikasi apa
yang akan terjadi jika hipotesa atau cara penyelesaian diterapkan.
Misalnya: pada kasus di atas pihak RS mulai melakukan pengujian
(secara statistik atau logika) mengenai cara kemungkinan perbaikan agar
klaim BPJS Kesehatan dapat cepat cair. Untuk kecepatan kalim BPJS
Kesehatan, pihak RS mulai melakukan pengumpulan data rata-rata
kecepatan pemasukan data klaim oleh tiap petugas, rata-rata kecepatan
penyerahan berkas klaim dari unit pelayanan medis, dan melakukan
wawancara terstruktur dengan pihak BPJS Kesehatan mengenai penyebab
lamanya klaim. Dari hasil pengumpulan data inilah, pihak RS mulai
mempertimbangkan implikasi apa yang terjadi jika seluruh cara
dijalankan.
e. Fase pembuktian hipotesis
Pada fase ini, verifikasi dan penolakan terhadap hipotesa telah dilakukan
dan keputusan sudah dibuat. Bila hipotesa terbukti, maka bisa
dipertimbangkan untuk digunakan pada penyelesaian masalah lainnya
yang hampir mirip (disebut melakukan Generalisasi).
Misalnya: pada kasus di atas, seluruh cara perbaikan yang diusulkan
setelah diuji ternyata dinyatakan terbukti signifikan. Pihak RS
berdasarkan hal tersebut dapat menjalankan cara penyelesaian bukan
hanya untuk mempercepat klaim BPJS Kesehatan tetapi kemungkinan
bisa untuk menyelesaikan masalah-masalah yang hampir mirip di RS
tersebut seperti keterlambatan penagihan klaim asuransi kesehatan
komersial, keterlambatan klaim penagihan biaya pelayanan kesehatan
dengan korporasi-korporasi atau klien, dan sebagainya. Pada fase pertama metode ilmiah di atas, seseorang mencari kemungkinan
penyelesaian masalah dengan segera. Dalam mencari masalah tersebut
manusia bisa menggunakan dua cara yaitu dengan cara intuitif atau akal
sehat, dan dengan cara analitis sistematis (ilimiah). Lihat tabel 1.1 di bawah
untuk membedakan kedua pemikiran tersebut.
Untuk sitasi gunakan format berikut:
Heryana, A. (2019). Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: e-book tidak dipublikasikan. 6 [Draft] Buku Ajar Metodologi Penelitian pada Kesehatan Masyarakat | Ade Heryana Tabel 1.1. Perbedaan antara Akal Sehat dengan Metode Ilmiah
No Akal Sehat Metode Ilmiah 1 - Menerima informasi yang
diperoleh tentang peristiwa apa
adanya tanpa berargumentasi - Informasi diperoleh
menggunakan kerangka fikir
(theoritical concept) dan struktur
teoritis 2 - - Senantiasa menguji seluruh
informasi secara sistematis dan
empiris menggunakan teori dan
pengujian hipotesa 3 - Tidak menguji kebenaran
informasi yang diperoleh secara
keseluruhan, melainkan
selektif/dipilih yang sesuai
dengan akal sehat. Informasi yang
bertentangan dengan akal
sehatnya tidak diuji
kebenarannya
Tidak melakukan pemilihan
terhadap informasi - Melakukan pemilihan...
View
Full Document
- Fall '20
- Snow