1.5. Penurunan Nilai Persediaan Impairmentadalah penurunan nilai aset, baik aset berwujud maupun tidak berwujud, termasuk aset berupa persediaan. Impairment aset terjadi jika nilai tercatat aset melebihi nilai yang dapat dipulihkan. Aset yang mengalami penurunan nilai akan disesuaikan dan dampak dari penyesuaian tersebut akan diakui sebagai kerugian dalam laporan laba rugi. Semua akan memiliki potensi mengalami penurunan nilai. Pada persediaan, penurunan nilai yang dimaksud adalah penurunan harga pokok persediaan. Harga pokok persediaan bisa turun karena beberapa hal yaitu: -Penurunan Harga Terjadi karena stock di pasaran melimpah, daya beli masyarakat turun dan karena adanya model baru yang lebih canggih. Contoh konkrit penurunan harga adalah pada produk elektronik dan alat komunikasi handphone. Jika ada model baru maka model lama ditinggalkan / tidak lagi diminati, hal ini menimbulkan penurunan harga. -Rusak / Ketinggalan Zaman Persediaan bahan baku atau barang dagangan yang datang dari suplier belum tentu langsung digunakan atau dijual habis. Bahan / barang belum terpakai / terjual tersebut disimpan dalam gudang. Selama masa menunggu untuk digunakan atau dujual bisa saja terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, rusak misalnya atau penurunan harga jual untuk barang dagangan. Hal ini menimbulkan kerugian bagi perusahaan.Kerugian yang diakibatkan persediaan barang dagangan diukur dengan selisih antara harga perolehan dengan taksiran nilai bersih yang bisa direalisasi. Taksiran nilai bersih yang bisa direalisasi adalah teksiran harga jual dikurangi biaya utnuk menjual barang dagangan tersebut termasuk biaya reparasi untuk menjual barang tersebut. -Hilang / Rusak Parah Apabila ada satu atau beberapa produk yang rusak parah dan tidak bisa diperbaiki lagi, atau ada produk yang hilang maka jurnal untuk mencatat hilang atau produk rusak adalah: Kerugian penurunan nilai persediaan50.000 Persediaan50.000 Produk yang hilang atau rusak tersebut dicatat sebesar harga perolehannya. Biaya persediaan manufaktur pada umumnya terdiri atas tiga komponen: -Bahan Bakumerupakan biaya dari bahan dasar yang digunakan untuk membuat produk.
-Tenaga Kerjamerupakan biaya tenaga kerja langsung yang dibutuhkan untuk membantu penyelesaian produk. -Overheadmerupakan biaya tidak langsung pada proses manufaktur (penyusutan peralatan manufaktur, gaji penyelia, biaya prasarana). Biaya bahan baku dan tenaga kerja dapat diestimasi secara akurat dari spesifikasi rancangan dan penelitian atas waktu dan pergerakan selama proses pembuatan. Berbeda dengan bahan baku dan tenaga kerja, overhead merupakan komponen biaya produk terbesar dan sulit diukur untuk tingkat produk. Seluruh total dari biaya overhead ini harus dialokasikan pada seluruh unit yangdiproduksi dan kemudian biayanya dimasukan pada biaya persediaan dengan tetap berada pada neraca sampai persediaan tersebut telah laku terjual. Dan apabila persediaan tersebut telah laku terjual maka biaya persediaan yang tadinya
berada di neraca harus dipindahkan pada laporan laba rugi dengan pengakuan sebagai harga pokok penjualan. Menurut PSAK No. 14 apabila suatu barang dalam persediaan di jual maka nilai tercatat persediaan harus diakui sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Proses pengakuan nilai tercatat persediaan yang telah dijual sebagai beban menghasilkan pengaitan (matching) beban dengan pendapatan. Oleh karena itu dalam menentukan besarnya laba harus dihitung terlebih dahulu besarnya harga pokok penjualan. Persediaan yang dibeli atau dibuat selama suatu periode ditambahkan ke persediaan awal dan jumlah biaya persediaan ini disebut dengan harga pokok barang tersedia untuk dijual. Pada akhir periode akuntansi, jumlah biaya yang tersedia untuk dijual dialokasikan antara persediaan yang masih tersisa (dicatat di neraca sebagai aktiva) dan persediaan yang dijual selama periode (dilaporkan dalam laba rugi sebagai biaya, harga pokok penjualan).Berbicara mengenai pengalokasian biaya overhead, produk yang menggunakan sumber daya terbanyak harus menerima pengalokasian yang besar dari biaya overhead. Pada saat terjadi peningkatan produksi maka hal ini akan berpengaruh terhadap persediaan akhir yang juga akan mengalami peningkatan dan oleh karena itu hal ini akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan yang juga akan semakin meningkat yang dikarenakan banyak biaya overhead yang ada pada biaya persediaan yang tertinggal pada neraca. Sebaliknya, ketika jumlah persediaan menurun, maka laporan laba rugi akan menjadi terbebani oleh biaya overheadperiode berjalan dan juga terbebani oleh biaya overhead pada tahun sebelumnya yang berakibat pada penurunan tingkat laba.
Want to read all 10 pages?
Previewing 2 of 10 pages Upload your study docs or become a member.
BAB 2 PERUBAHAN AKUNTANSI 2.1. Motivasi Untuk Mengubah Metode Akuntansi Suatu angka laba yang menguntungkan dapat mempengaruhi investor dan posisi likuiditas yang kuat yang dapat mempengaruhi kreditor. Akan tetapi, angka laba yang terlalu menguntungkan dapat memberi amunisi kepada para negosiator serikat pekerja dan pembuat kebijakan pemerintah selama membicarakan tawar-menawar. Oleh sebab itu, para manajer mungkin memiliki motif laba yang berbeda-beda tergantung pada waktu dan siapa yang ingin mereka pengaruhi. Penelitian yang dilakukan telah memberikan masukan tambahan tentang mengapa perusahaan lebih memilih metode akuntansi tertentu. Beberapa alasannya adalah sebagai berikut: 1.Memperlancar Laba. Kenaikan laba yang substansial dapat mengundang perhatian dari para politisi, pembuat peraturan, dan pesaing. Selain itu kenaikan laba yang besar juga dapat menciptakan masalah bagi manajemen karena hasil yang sama akan sulit dicapai pada tahun berikutnya. 2.Biaya Politik. Semakin besar perusahaan dan terlihat lebih bersifat politis, semakin besar para politis serta pembuat peraturan mencurahkan perhatian kepada perusahaan tersebut. 3.Pembayaran Bonus. Jika pembayaran bonus dilakukan kepada manajemen berkaitan dengan laba, maka dapat dikatakan bahwa manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan pembayaran bonus mereka. 4.Struktur Modal. Sejumlah studi telah mengindikasikan bahwa struktur modal perusahaan dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi. Sebagai contoh, perusahaan dengan rasio hutang terhadap ekuitas yang tinggi akan sangat tergantung pada perjanjian hutang. 2.2. Perubahan Akuntansi Entitas mengubah suatu kebijakan akuntansi hanya jika perubahan tersebut: 1.Dipersyaratkan oleh suatu PSAK; atau 2.Menghasilkan laporan keuangan yang memberikan informasi yang andal dan lebih relevan tentang dampak transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya terhadap posisi keuangan, kinerja keuangan atau arus kas entitas. Entitas mencatat perubahan kebijakan akuntansi akibat dari penerapan awal suatu
End of preview
Want to read all 10 pages? Upload your study docs or become a member.