penamaan landform mencerminkan juga jenis bahan
induknya.
Pulau Sulawesi dapat dibedakan menjadi tujuh
grup landform utama, yaitu Aluvial, Fluvio-marin,
Marin, Gambut, Karst, Tektonik, dan Volkanik (Tabel
3). Landform utama dapat dibedakan lebih detil secara
hirarki menjadi sub-sub landform (Marsoedi
et al.
1997;
Buurman
dan
Balsem
1990).
Landform
Aluvial
mempunyai penyebaran 2,21 juta ha atau 11,82% dari
luas
total
Sulawesi.
Lahan
pada
landform
ini
merupakan lahan potensial untuk tanaman padi sawah
dan tanaman pangan lahan kering. Akan tetapi tidak
seluruh lahan pada landform Aluvial dapat digunakan
untuk tanaman pangan karena beberapa kendala
biofisik lahan, seperti posisi yang selalu terkena banjir
sungai atau tanah berpasir kasar, berkerikil dan berbatu.
Landform Aluvial paling luas terdapat di Sulawesi
Selatan, kemudian disusul Sulawesi Tengah, Sulawesi
Barat dan Sulawesi Tenggara. Landform Fluvio-marin
penyebarannya sempit, yaitu 0,41% dari luas total
Sulawesi. Landform ini cukup potensial untuk padi
sawah dengan faktor penghambat bahan sulfidik atau
pirit. Di Sulawesi Selatan, sebagian lahan pada
landform Fluvio-marin digunakan untuk tambak.
Landform Marin penyebarannya cukup luas
(2,65%), dijumpai di sepanjang daerah pantai, tanahnya
didominasi oleh tekstur kasar/pasir, sehingga tidak
potensial untuk tanaman pangan. Landform Gambut
penyebarannya sempit (0,13%) dan hanya dijumpai di
Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat. Lahan gambut ini
cukup
potensial
untuk
tanaman
pangan,
karena
merupakan gambut dangkal (<2 m), dan mendapat
pengkayaan hara. Landform Tektonik, Volkanik dan
Karst didominasi oleh bentuk wilayah perbukitan dan
pegunungan, terluas terdapat di Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan. Sebagian
landform ini memiliki bentuk wilayah berombak
sampai bergelombang yang merupakan lahan potensial
untuk tanaman pangan lahan kering.
Bentuk wilayah Pulau Sulawesi sangat bervariasi
dari datar hingga bergunung dengan lereng < 3%
sampai > 40% (Tabel 4). Ketinggian tempat (elevasi)
juga sangat bervariasi dari 0 sampai > 3.000 m di atas
permukaan laut (dpl). Keadaan bentuk wilayah dan
lereng serta elevasi sangat mempengaruhi penilaian
potensi/kesesuaian lahan untuk komoditas pertanian.
Bentuk wilayah datar, berombak dan bergelombang
dengan lereng < 15% merupakan lahan-lahan yang
sesuai
untuk
pengembangan
tanaman
pangan,
termasuk padi, jagung dan kedele. Demikian pula
elevasi
sampai
1.500
m
cukup
sesuai
untuk
pertumbuhan dan produksi ketiga komoditas tanaman
pangan tersebut (Djaenudin
et al.
2003; Ritung
et al.
2011). CSR/FAO (1983) menggunakan batas lereng
sampai 20% sebagai lahan sesuai untuk tanaman
pangan lahan kering. Lahan berlereng >20% dipandang
tidak sesuai untuk tanaman pangan, tetapi lebih sesuai
untuk tanaman tahunan dengan aplikasi teknologi
konservasi. Di Sulawesi, sebaran lahan dengan bentuk
wilayah datar-agak datar (lereng 0-3%) meliputi luas
2.968.764 ha (15,85%), penyebaran paling luas terdapat
di Sulawesi Selatan seluas 1.167.295 ha (6,23%),
kemudian disusul oleh Sulawesi Tengah, Sulawesi
Tenggara dan Sulawesi Barat. Oleh karena itu, dari


You've reached the end of your free preview.
Want to read all 16 pages?
- Fall '19