Dalam suatu penelitian, didapatkan hasil bahwa kemunculan
nyeri
perut
dapat
dikaitkan dengan kondisi asidosis metabolik, namun bukan
karena
hiperglikemia
atau
dehidrasi. Untuk
SHH, manifestasi klinis dapat terjadi
dalam
beberapa
hari
hingga beberapa minggu. Pasien dapat mengalami poliuria,polidipsia dan penurunan
kesadaran yang progresif
akibat
osmolalitas darah
yang
sangat
tinggi. Nyeri
perut juga jarang dialami
oleh
pasien SHH. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
dehidrasi
sangat berat,bau
nafas
keton
tidak ada, status mental sampai koma.
Walaupun diagnosis KAD dan SHH dapat ditegakkan
dari
klinis,
namun konfirmasi
dengan pemeriksaan laboratorium harus dilakukan. Hasil laboratorium yang dapat
Ditemukan adalah glukosa plasma
lebih
dari
600
mg/dL, pH
arteri lebih dari 7,3,
bikarbonat
serum
lebih
dari 15
mEq/L, keton
urin
derajat ringan,
keton
serum
derajat ringan, osmolalitas serum lebih dari 320 mOsm/kg.
Tata laksana
Kebehasilan pengobatan KAD dan SHH membutuhkan koreksi dehidrasi,
hiperglikemia dan gangguan keseimbangan elektrolit,
identifikasi komorbid yang
merupakan faktor presipitasi, dan yang sangat penting adalah perlu dilakukan
monitoring pasien yang ketat. Faktor presipitasi diobati, serta langkah-langkah
pencegahan rekurensi perlu dilaksanakan dengan baik.
Terapi cairan pada pasien Orang dewasa.
Terapi cairan pada awalnya ditujukan untuk memperbaiki volume intravascular dan
extravascular dan mempertahankan perfusi ginjal. Terapi cairan juga akan 8
menurunkan kadar glukosa darah tanpa bergantung pada insulin, dan menurunkan
kadar hormon kontra insulin (dengan demikian memperbaiki sensitivitas terhadap
insulin). Pada keadaan tanpa kelainan jantung, NaCl 0.9% diberikan sebanyak 15–20
ml/kg berat badan/jam atau lebih besar pada jam pertama ( 1–1.5 l untuk rata-rata
orang dewasa). Pilihan yang berikut untuk mengganti cairan tergantung pada status
hidrasi, kadar elektrolit darah, dan banyaknya urin. Secara umum, NaCl 0.45%
diberikan sebanyak 4–14 ml/kg/jam jika sodium serum meningkat atau normal; NaCl
0.9% diberikan dengan jumlah yang sama jika Na serum rendah. Selama fungsi ginjal
diyakinkini baik, maka perlu ditambahkan 20–30 mEq/l kalium sampai pasien stabil
dan dapat diberikan secara oral. Keberhasilan penggantian cairan dapat dilihat dengan
pemantauan hemodinamik (perbaikan dalam tekanan darah), pengukuran input/output
cairan, dan pemeriksaan fisik. Penggantian cairan diharapkan dapat mengkoreksi
defisit dalam 24 jam pertama. Perbaikan osmolaritas serum mestinya tidak melebihi 3
mOsm· kg-1 H2O. Pada pasien dengan gangguan ginjal atau jantung, pemantauan
osmolaritas serum dan penilaian jantung, ginjal, dan status mental harus sering
dilakukan selama pemberian cairan untuk menghindari overload yang iatrogenik.
Terapi Insulin Pada keadaan KAD
insulin reguler diberikan dengan infus intravena secara kontinu adalah terapi pilihan.

Subscribe to view the full document.

- Summer '10